Senin, 06 April 2015

Ilmu Forensik: Penerapan Locard Exchange, Frye Standard & Daubert Criteria dalam Akuntansi Forensik.


Locard Exchange
 Dalam sebuah penyelidikan kasus tindak kejahatan, dibutuhkan adanya pengumpulan bukti. Karena bukti sekecil apapun dapat memberikan petunjuk dalam pengungkapan suatu kasus kejahatan. Oleh karena itu, seorang penyelidik dalam hal ini harus jeli dalam pengumpulan sebuah bukti. Selain itu dibutuhkan kehati-hatian dari seorang penyelidik agar bukti yang didapatkannya tidak rusak dan dapat digunakan dalam proses penyelidikan lebih lanjut. Karena bukti-bukti tersebut nantinya akan dibutuhkan dalam pengadilan. 

Dalam pengumpulan bukti, penyelidik mengacu pada Locard Exchange. Prinsip ini dicetuskan oleh Edmond Locard, seorang ilmuwan dalam bidang forensik. Dalam prinsip tersebut dijelaskan bahwa setiap kontak dari 2 item berbeda akan selalu meninggalkan jejak. Maka dari itu sering kita lihat, baik di berita-berita kasus dan juga pada film serial detektif, dimana seorang penyelidik atau detektif mencari dan meneliti barang bukti. Karena dari barang-barang tersebut biasanya meninggalkan jejak yang diduga berinteraksi langsung dengan pelaku kejahatan. Jejak-jejak tersebut dapat berupa sidik jari, bercak darah atau helai rambut. Disini penyelidik dituntut harus dapat menemukan, menganalisa dan juga menganalisis jejak-jejak tersebut. Beberapa elemen kunci dalam Locard Exchange antara lain:
  • Observasi secara rinci
  • Penalaran secara logis dan tepata
  • Pengaplikasian teknik observasi yang tepat
  • Penginterpretasian hasil yang didapat

Disamping itu, penyelidik juga harus berhati-hati dalam mengelola bukti-bukti yang telah didapat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Locard Exchange dimana kontak sekecil apapun akan meninggalkan jejak, maka penyelidik juga tidak boleh meninggalkan jejak pada bukti yang didapatnya. Untuk itu sering kita lihat pada berita-berita kriminal dimana petugas dari laboratorium forensik biasanya menggunakan sarung tangan karet untuk menghindarai kontak langsung bagian tubuh dengan bukti fisik. Selain itu untuk mengamankan bukti, biasanya digunakan pula sebuah wadah khusus(biasanya berupa plastik) untuk melindungi barang bukti dari kontak langsung.

Bagaimana dengan Akuntansi Forensik? Penanganan bukti yang berupa fisik dalam Akuntansi forensik sebetulnya hampir sama dengan yang dilakukan pada penyelidikan forensik lainnya. Bukti-bukti dalam Akuntansi forensik berupa bukti-bukti transaksi, dokumentasi, laporan keuangan dan catatan-catatan lainnya. Tetapi yang menjadi masalah adalah bagaimana jika bukti-bukti yang ditemukan berupa bukti digital? Karena bukti digital cenderung lebih sensitif daripada bukti fisik, maka dari itu Akuntan Forensik biasanya akan dibantu oleh seorang yang ahli dalam bidang digital forensik untuk memperoleh bukti digital, atau dalam digital forensik disebut akuisisi.

“DON’T USE ORIGINAL EVIDENCES TO ANALYZE”
Untuk mengakuisisi bukti digital maka diperlukan beberapa metode khusus. Salah satu metodenya adalah dengan cara imaging. Sebagai contoh ketika ditemukan bukti dalam sebuah flashdisk. Seorang penyelidik tidak boleh langsung menganalisa secara langsung flashdisk tersebut. Hal ini karena ketika penyidik menghubungkan flashdisk tersebut ke dalam komputer penyidik, maka alat tersebut akan mengalami perubahan pada metadatanya dan dikhawatirkan file-file yang ada di dalamnya juga akan ikut berubah. Untuk itu flash disk tersebut perlu dibuatkan “tiruannya”. Untuk melakukan proses tersebut ada beberapa software yang dapat dipakai, salah satunya adalah EnCase Forensic Imager, software forensik yang banyak dipakai oleh lembaga penegak hukum di seluruh dunia. Software ini mampu membuat tiruan alat penyimpanan seperti hard disk maupun flashdisk yang berisi bukti-bukti.

Tahapan awalnya adalah menghubungkan flashdisk yang berisi barang bukti kedalam komputer penyelidik. Untuk menghubungkan alat tersebut juga tidak boleh menghubungkan secara langsung, untuk itu penyelidik biasanya menggunakan port yang disebut write blocker khusus untuk mencegah perubahan metadata pada flashdisk tersebut.

Kemudian setelah itu, barulah proses imaging dilakukan. Pada tahapan ini software akan melakukan proses yang disebut Imaging. Proses ini sebetulnya hampir sama dengan proses copy paste akan tetapi file akan dicopy kan sama persis dengan file aslinya dan juga dengan proses ini akan diketahui file-file apa saja yang telah dihapus dari flashdisk tersebut. Tetapi dalam proses imaging cukup memakan waktu, tergantung seperapa besar memori dari alat penyimpanan yang berisi bukti-bukti tersebut.

Setelah tahapan imaging selesai, barulah akuntan forensik memainkan peranannya untuk menganalisis. Dalam analisis data akuntan forensik dapat melakukan prosedur audit atau prosedur-prosedur lain seperti follow the money.

Daubert criteria & Frye Standard
Setelah proses analisis data investigasi lainnya telah selesai maka selanjutnya adalah tahapan persidangan. Seorang penyelidik maupun akuntan forensik berperan sebagai saksi ahli. Dalam persidangan, seorang akuntan forensik tidak boleh memberikan opini, melainkan sebuah masukan atau rekomendasi agar orang lain dapat beropini. Orang lain dalam hal ini adalah hakim yang memberikan putusan akhir.

Untuk dapat memberikan opini maupun rekomendasi kepada hakim, maka seorang penyelidik harus mengikuti aturan-aturan tertentu, yaitu Daubert Criteria dan Frye Standard.

Daubert Standar menyediakan aturan bukti mengenai diterimanya kesaksian para saksi ahli. Dauybert Criteria menggunakan keterangan dari saksi ahli akan tetapi ada tim juri yang memberi penilaian dan msukan kepada hkim terhadap keterangan yang telah diberikan oleh saksi ahli tersebut. Menurut standard Daubert , proses identifikasi bukti yang relevan dan reliabel meliputi 4 kriteria mendasar yaitu:
  • Apakah sebuah prosedur telah teruji dan bagaimana cara pengujian prosedur dan hasilnya.
  • Error rate. Seberapa besar tingkat kesalahan dari prosedur yang digunakan
  • Publication. Prosedur yang telah diuji dan diakui dan yang akan digunakan harus sudah dipublikasikan.
  • Acceptance. Prosedur yang digunakan harus sudah diterima secara umum oleh komunitas ilmiah atau lembaga ilmiah.
Selain Daubert Standard aturan dalam persidangan yang lain adalah Frye Standard. Dalam Frye Standard bukti ilmiah akan dapat diterima dan digunakan dalam sidang pengasialn apabila barang bukti tersebut diterima dan diakui oleh para ahli dalam bidang yang sesuai dengan batang bukti tersebut. Hal ini terkait dengan prosedur, prinsip dan tekhnik  yang dapat diajukan dalam sidang kasus di pengadilan. Dalam penerapan Frye Standard harus menyediakan sejumlah pakar/ahli dibidang terkait dengan perkara yang disengkatan untuk memberi keterangan/ saksi ahli kepada hakim. 

Artikel ini dibuat dalam rangka tugas mata kuliah metode dan tekhnik investigasi
Nama: Ari Santoso
NIM: 13919023
Dosen: Yudi Prayudi S.Si.,M.Kom



Tidak ada komentar:

Posting Komentar