Minggu, 28 Desember 2014

Dibalik Meruginya Film Stand By Me di Indonesia


Sudah menonton film Doraemon Stand By Me? Bagaimana filmnya? Memuaskan? Mengecewakan? Atau biasa saja? Dimana anda menonton? Langsung di bioskop atau download dari Internet?

Film Doraemon: Stand By Me bisa jadi merupakan salah satu film yang paling ditunggu selama tahun 2014 ini. Dari yang masih kecil hingga yang sudah berumur tentu sangat mengenal robot kucing yang mempunyai kantong ajaib yang satu ini. maka tentu saja film ini diramalkan akan dibanjiri penonton. Apalagi dalam trailernya tertulis bahwa film merupakan film pamungkas yang mengakhiri serial Doraemon yang sudah tayang dari tahun 1980an, maka sudah tentu film ini membuat penasaran para penggemarnya.

Stand By Me sudah tayang sejak bulan Agustus di negara asalnya. Namun penggemar di Indonesia harus bersabar karena di Indonesia belum ada pemegang lisensi resmi yang menayangkan film tersebut. Dalam beberapa review sebelum filmnya rilis di pasaran sudah banyak media yang membahas tentang film ini. Ditambah lagi dengan trailernya yang dikemas dengan cukup apik dan juga animasinya yang tidak kalah dengan film-film Disney maupun Dreamwork. Dalam beberapa adegan dalam trailer film animasi ini terlihat begitu menyentuh dan diperkirakan akan membuat para penggemar yang menontonnya menitikkan air mata.
Dan setelah beberapa bulan menunggu, film Stand By Me akhirnya hadir di Indonesia. Film Ini ditayangkan di Blitz Megaplex di seluruh Indonesia. Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, film ini memang dibanjiri penonton yang penasaran akan film pamungkas serial ini. Tetapi hal ini hanya sementara saja. Selang beberapa hari setelah penayangan perdana, film ini ternyata sudah dapat di download di internet! Lebihnya lagi, kualitas dari film ini sudah setingkat blu-ray dan (anehnya) sudah dilengkapi subtitle berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Hal ini tentu saja menimbulkan kehebohan di diantara para netizen. Di beberapa media sosial seperti facebook dan twitter bermunculan tautan untuk mendownload film tersebut. Akibatnya lebih banyak penonton yang lebih memilih mendownload filmnya daripada menonton di bioskop. Hal ini merugikan pihak yang memegang lisensi penayangan film ini. Lebih parahnya lagi, rumah produksi film ini akan menarik lisensi penayangan film-film yang akan tayang berikutnya seperti Naruto the Movie dan juga Attack On Titan.

Sebenarnya bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Sebagai seorang penggemar film, saya bilang sebenarnya fenomena pembajakan seperti ini memang sudah sering terjadi, bahkan boleh dikatakan pasti terjadi. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya film (lebih sering film Hollywood) di internet dalam selang waktu beberapa bulan sejak penayangan perdana film tersebut. Film-film yang beredar di internet dibedangan berdasarkan kualitas gambarnya. Mulai dari yang kualitasnya sangat buruk, CAM atau TS, yang gambarnya sangat gelap dan suaranya bercampur dengan suara-suara penonton. Hingga yang kualitasnya sangat bagus seperti Blu-Ray maupun WEB-DL. Biasanya film yang muncul di Internet muncul pertama kali, selang BEBERAPA HARI dari penayangan perdana, dengan kualitas CAM maupun TS. Untuk film yang berkualitas buruk seperti ini tentu bukan untuk dinikmati, namun tetap diminati hanya sekedar untuk mengobati rasa penasaran. Sedangkan yang berkualitas Blu-Ray akan muncul beberapa bulan setelahnya, biasanya selang 3-4 bulan.  

Sedang dalam kasus Stand By Me, film yang beredar di Internet kualitas gambarnya sudah bagus. Ini bisa terjadi karena penayangan di Indonesia sudah selang waktu beberapa bulan dari penayangan perdananya di Jepang. Tetapi yang jadi pertanyaan adalah mengapa film yang bisa didownload tersebut sudah dilengkapi hard subtitle berbahasa Indonesia? Padahal biasanya film hasil download adalah yang tanpa subtitle sedangkan subtitle dapat didownload secara terpisah di website lain seperti subscene.com. Disinyalir orang-orang dari Indonesialah yang membajak film tersebut. Atau kemungkinan yang lain, ada orang yang mengupload film tersebut terlebih dahulu tanpa subtittle kemudian didownload dan ditambahkan hard subtitle dan akhirnya diupload kembali.


Pembajakan seperti ini tentu saja sangat merugikan rumah produksi terlebih lagi pemegang lisensi. Namun hal ini dapat diantisipasi oleh pemegang lisensi. Saran saya sebagai penggemar film, akan lebih baik jika pemegang lisensi bernegosiasi dengan rumah produksi agar film dapat ditayangkan tidah berselang waktu jauh dari penayangan perdana. Hal ini ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kerugian, karena fenomena pembajakan seperti ini masih belum dapat ditanggulangi. Apalagi dengan banyaknya jumlah penggemar film-film anime jepang, tentu ketika film ditayangkan lebih cepat maka para penonton akan lebih memilih untuk menonton di bioskop. Karena biar bagaimanapun menonton di bioskop selalu memberikan sensasi tersendiri daripada menonton di rumah. 

Kamis, 30 Oktober 2014

Anime Gin No Saji dan Sedikit Pandangan tentang Pendidikan Indonesia

Anime mungkin sesuatu yang akrab banget sama generasi yang lahir 90-an. Gimana enggak? Setelah seminggu penuh sekolah, maka pada hari minggu kita biasanya bakal santai-santai seharian. Dan tontonan wajib kita tak lain adalah anime. Dari terbit fajar sampe siang bolong, deretan anime selalu ada untuk menemani hari minggu kita. Mulai dari doraemon sampai dragon ball, kita semua tentu hafal dari A-Z. Tetapi seiring berjalannya waktu, anime makin susah ditemukan. Tayangan diganti sama sinetron ato acara tv lain yang sebenarnya ga bermutu.

Sebagai bagian dari generasi 90-an, saya masih suka nonton anime hingga sekarang. Walaupun umur saya sudah kepala 2, saya masih suka mengikuti anime. Untuk mendapatkan anime sekarang ini, biasanya saya mendownload dari situs-situs tertentu atau kalau tidak mau lama menunggu siapkan saja flash disk dan pergi ke warnet, copy-paste, tontonan anime siap dinikmati dan lebih nikmat lagi kalau ditemani secangkir teh atau makanan kecil.

Belakangan ini saya lagi suka nonton anime yang bergenre komedi. Kebetulan saya juga lagi bosan sama anime yang isinya superhero, jurus maut, monster dan sebagaimana anime mainstream pada umumnya. Setelah browsing di beberapa situs dan blog, akhirnya saya menemukan 1 buah anime berjudul ‘Gin No Saji’ atau jika ditranslate menjadi “Silver Spoon”. Segera saja saya menuju warnet langganan saya yang lengkap menyediakan film khususnya anime.


Anime berjudul Gin No Saji ini sebetulnya anime dengan ide cerita yang sangat sederhana, yaitu anak remaja yang bersekolah di akademi peternakan setingkat SMA(mungkin sejenis SMK kalo di Indonesia). Diangkat dari komik yang berjudul sama, karangan Hiromu Arakawa yang populer dengan karyanya yang sudah kita kenal, Fullmetal Alchemist. Menceritakan seorang Yugo Hachiken, seorang remaja yang terdampar di akademi agrikultural Yezo yang terletak di Hokaido. Yugo yang berasal dari Sapporo akhirnya bersekolah di akademi karena keinginannya yang ingin pergi jauh dari orang tuanya. Berbeda dengan teman-teman sekolahnya, dia sebenarnya gak punya minat dalam bidang agrikultur. Itu terlihat ketika pada pertama masuk sekolah dia sangat tidak tahan harus berkotor-ria mengurus hewan ternak yang bau. Tetapi dibalik itu semua, sebenarnya dia sangat iri melihat teman-temannya yang sudah memiliki tujuan hidup, sementara dia belum punya tujuan apa-apa.

Dalam ceritanya, Yugo bertemu dengan bermacam-macam teman baru dan juga guru-guru yang memiliki kemampuan dan kepribadian yang unik. Kemudian akhirnya dia belajar bahwa kehidupan di sekolah agrikultur Yezo sangatlah berat. Perlahan Yugo dapat menyesuaikan dengan lingkungan barunya itu. Dia juga akhirnya berubah yang semula merupakan remaja yang tak acuh hingga menjadi orang yang penuh empati dan semangat, ini semua karena dia belajar bagaimana dunia agrikultur telah merubah hidupnya dan teman-temannya.

Secara keseluruhan anime ini menceritakan kehidupan Yugo dan teman-temannya sebagai siswa sekolah agrikultur. Mengikuti pelajaran di kelas, praktikum lapangan, mengurus ternak adalah kegiatan sehari-hari yang harus dilakukan setiap siswa. Selain mengikuti kegiatan sekolah Yugo dan teman-temannya juga diwajibkan untuk mengikuti kegiatan di klub sekolah. Selain itu, anime ini juga dibumbui oleh adegan-adegan kocak sebagaimana film anime bergenre komedi.

Selain menceritakan kehidupan murid sekolah. Dalam anime ini juga terselip ilmu bidang agrikultur, seperti peternakan dan pertanian. Dalam beberapa adegan beberapa tokoh dalam anime ini juga sering terlibat dialog mengenai masalah-masalah pertanian dan peternakan. Terkadang muncul istilah-istilah dalam agrikultur yang dijelaskan oleh para tokohnya dengan bahasa yang bisa dibilang cukup sederhana. Jadi selain mendapatkan hiburan, kita juga mendapatkan ilmu tentang agrikultural. anime ini bisa menjadi alternatif yang sangat recomended jika anda bosan dengan anime bertema superhero yang itu-itu saja.

Setelah menonton anime ini, pemikiran saya tentang pendidikan menjadi terbuka. Dari beberapa anime yang pernah saya tonton sebelumnya ada beberapa yang mengandung unsur edukasi. Jika Gin No Saji terdapat pengetahuan mengenai agrikultur maka beberapa anime lain seperti Samurai X yang memasukan unsur sejarah di dalamnya. Memang tidak begitu mengena, namun setidaknya dapat mengenalkan sejarah ke anak-anak yang biasanya menggemari film kartun

Selain itu, game buatan jepang juga ada beberapa yang memasukan unsur edukasi di dalamnya. Sebut saja game Samurai Warrior yang sangat laris tidak hanya di Jepang, namun juga di Indonesia. Perusahaan pengembangnya, Koei mungkin ingin mengajak para gamer untuk merasakan suasana peperangan yang terjadi dan menjadi bagian dari sejarah ketika mereka bermain menggunakan tokoh-tokoh yang ada dalam game tersebut seperti Yukimura Sanada atau Oda Nobunaga.

Dalam hal ini Jepang berani menggunakan media-media seperti komik(manga), film kartun dan video game sebagai sarana pendidikan. Beberapa hal yang sangat dipandang sebelah mata oleh orang Indonesia. Mungkin sama seperti yang lain, saya sebagai generasi 90-an yang tidak kekurangan hiburan pasti  pernah mendapat teguran dari orang tua,”kamu kok senengnya nonton kartun terus. Nanti jadi bodo lo”. Kalimat seperti itu pasti sering terdengar di antara kita. Namun jika mereka mau berpikir sedikit saja. Sebenarnya banyak sekali pelajaran moral yang didapat dari film kartun.
Barangkali kita mendapat pelajaran tentang persahabatan dari film Naruto. Belajar tentang kerjasama tim yang solid dari film Captain Tsubasa. Atau kita belajar tentang pentingnya menghormati guru dari film Kungfu Boy. Hal-hal semacam itulah yang mungkin tidak akan pernah kita pelajari dari buku pelajaran. Namun semakin kesini, kesenangan kita dan media pembelajaran moral kita semakin berkurang. Diganti dengan program-program yang justru malah bersifat merusak.

Mungkin ada baiknya kita sedikit menengok ke negara yang dahulu pernah menganggap diri mereka saudara tua. Walaupun mereka tadinya pernah meninggalkan derita kepada kita, namun tak ada salahnya kita belajar dari mereka. Setidaknya mereka yang dahulu menjajah kita telah menemukan cara bagaimana belajar tidak terasa membosankan. Mereka juga telah menemukan cara belajar yang menyenangkan dimana memadukan edukasi dan entertainment. Cara yang cukup brilian mencampurkan ilmu pengetahuan, seni, teknologi dan hiburan yang dimana hasilnya secara tak langsung dapat juga kita nikmati.

Kemudian muncul pertanyaan, apakah kita bisa seperti mereka? Maka saya akan menjawab, ya tentu saja. Di Indonesia saya yakin tidak akan kekurangan orang-orang yang kreatif dan peduli kepada kondisi moral bangsa. Dengan adanya orang-orang yang kreatif tersebut, kita akan merubah cara belajar kita yang tadinya membosankan menjadi lebih menyenangkan. Dengan lebih memberilan mereka ruang & kesempatan kepada para pelaku industri kreatif. Tentunya juga kerjasama dari banyak pihak. banyak cara yang dapat dilakukan, asalkan ada niat.

Boleh jadi sebentar lagi kita akan mudah mempelajari sejarah dengan video game seperti samurai warriors namun dengan setting kerajaan Majapahit. Atau kita akan memainkan game tembak-tembakkan tetapi dengan berlatar serangan umum 1 maret atau Bandung lautan api. 

Sekarang ini mungkin adalah saat yang tepat. Dengan pemimpin yang aktif menggencarkan ‘revolusi mental’ dan menteri pendidikan yang memiliki visi. Kita pasti memiliki kesempatan untuk berubah ke arah yang jauh lebih baik lagi. 

Senin, 25 Agustus 2014

Dibalik Hasanah Bolkiah Trophy 2014: Sebuah Opini Ngawur


Hasanah Bolkiah Trophy 2014 merupakan satu pukulan berat untuk Timnas Indoneisa U-19. Dari 5 kali bertanding, skuad Garuda Muda hanya mampu mengumpulkan 4 poin dengan rincian 1 kali menang, 1 kali seri dan 3 kali kalah. Ironisnya lagi, Timnas U-19 dikalahkan oleh tim-tim yang boleh dikatakan levelnya dibawah(Vietnam, Brunei & Kamboja). Dengan tingginya ekspektasi dari suporter Indonesia, kegagalan ini tentu mengundang banyak kritik dan juga kecaman dari banyak kalangan. Bagainama tidak? Anak-anak asuhan Indra Sjafri ini tampil begitu baik di piala AFF 2013 dan sangat heroik di kualifikasi piala Asia 2014. Belum lagi hasil yang didapat di sejumlah uji coba dimana sebagian besar berujung dengan kemenangan. Tetapi serangkaian hasil bagus tersebut seakan-akan tak berarti di HBT 2014, Garuda Muda menggelepar.

Banyak kecaman dan kritikan datang. Beberapa opini muncul bahwa timnas U-19 kelelahan atau strategi yang diterapkan oleh Indra Sjafri jadi mudah ditebak. Beberapa opini tersebut memang ada benarnya. Biar bagaimanapun, tim ini memang harus berbenah. Kekurangan masih ada di berbagai hal dan Piala Asia sudah menunggu di depan mata. Tapi dibalik semua kritikan yang ada, saya pribadi melihat adanya sebuah keanehan dalam timnas U-19. Dari hasil yang sudah terjadi: main imbang dengan Malaysia, kalah 3-1 dari Brunei dan Vietnam dan juga kalah 2-1 dari Kamboja(yang biasanya jadi bulan-bulanan timnas), saya jadi berpikir apa jangan-jangan ada unsur kesengajaan tim Garuda Jaya MENGALAH? Kok bisa? Mari kita bahas.

Sejak munculnya tim ini(yang sebelumnya adalah timnas U-17) para penggemar sepakbola Indonesia tidak terlalu tertarik. Namun setelah penampilan apiknya pada gelaran AFF 2013 lalu, hingga berhasil merengkuh gelar juara, timnas U-19 mulai mengambil hati para penggemarnya. Terlebih lagi saat kualifikasi piala Asia 2014 dimana Evan Dimas cs tambil sangat heroik, bahkan tim langganan juara Asia sekelas Korea Selatan berhasil ditaklukan. Bukan hanya itu saja, permainan anak-anak asuh Indra Sjafri bahkan dinilai memiliki kesamaan dengan permainan tiki-taka a la Spanyol maupun total football ciri khas timnas belanda. Belum lagi serangkaian uji coba setelahnya, yang secara keseluruhan berakhir memuaskan. Bahkan ketika beruji coba dengan tim-tim dari timur tengah-pun, tim garuda jaya terlihat begitu perkasa. Saya sendiri takjub melihat timnas Indonesia kali ini mampu mengalahkan tim dari timur tengah.

Ok jika kita lihat dari kilas balik diatas, tim-tim yang pernah dihadapi oleh timnas U-19 bisa dibilang kualitasnya berbeda dengan tim-tim yang dihadapi di HBT. Tim yang dihadapi sebelumnya menurut saya kebanyakan memiliki kualitas yang jauh lebih baik seperti Korea Selatan dan tim-tim timur tengah seperti Uni Emirat Arab jika dibandingkan dengan tim asia tenggara yang dihadapi di HBT dan selebihnya memiliki kualitas yang hampir sama. Faktor kelelahan mungkin bisa menjadi faktor penyebab kekalahan yang paling logis, namun dalam tubuh timnas sendiri pasti sudah ada metode dari tim medis untuk meminimalisir hal tersebut, terlebih lagi turnamen diadakan setelah Idhul Fitri dimana pemain sebelumnya pasti sudah diberi libur. Kemudian jika kita lihat tim-tim yang dihadapi. Sungguh saat ironis sekali kita kalah dari negara yang selama ini sering jadi bulan-bulanan kita kalau bertemu, Kamboja. Tapi sungguh aneh ketika kita kalah dari Kamboja & Brunei namun kita mampu menang besar melawan Singapura(kayanya juga ikut ngalah juga) dan hampir menang melawan Malaysia.

Dalam hemat saya yang paling konyol, mungkin saja para tim pelatih dan pemain sudah sepakat untuk mengalah di beberapa pertandingan(vs Brunei, Vietnam dan Kamboja) tapi TIDAK dengan Malaysia, kenapa? Ingat kutipan pidato bung Karno:

Kalau kita lapar itu biasa
 Kalau kita malu itu juga biasa
 Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!

Nah, mungkin dari kata-kata inilah timnas U-19 tidak mengalah dari Malaysia. Sedangkan ketika melawan Singapura, karena barangkali sudah tidak menentukan, tim pelatih menginstruksikan “main seperti biasa, BANTAI!” dan hasilnya timnas U-19 menang besar.
Setelah membahas kemungkinan timnas mengalah di HBT, tentu jika kemungkinan tersebut benar adanya(iyeee kalo bener) maka kita tentu juga ingin mengetahui latar belakang dilakukannya skenario ‘mengalah’ tersebut.
·         Melatih mental pemain
Selama ini pertandingan yang dilalui Garuda Jaya kebanyakan selalu berakhir memuaskan. Maka tim mengambil inisiatif untuk sengaja mengalah untuk melatih mental. Dengan kekalahan, pemain dilatih untuk belajar bagaimana untuk bangkit lagi. Selain itu, tim ini telah menjadi primadona dan menjadi harapan baru bagi Indonesia, otomatis ketika tim ini menderita kekalahan(dan sayangnya cukup mencolok) maka akan menjadi sorotan dari seluruh lapisan masyarakat. Orang-orang akan berkomentar, memberi kritikan bahkan mengecam. Maka inilah saatnya para pemain berlatih mental untuk menghadapi tekanan dari luar lapangan. Cara ini mungkin cukup sadis memang.
·         Meracik strategi baru
Sejak sukses meraih titel AFF 2013 dan mengalahkan Korea Selatan di kualifikasi Piala Asia 2014, timnas U-19 menjadi sebuah kekuatan baru yang mulai diperhitungkan oleh tim lawan. Bahkan saya pernah membaca artikel, timnas Jepang bahkan sampai khawatir dengan munculnya kekuatan baru dari Asia Tenggara ini. Tidak heran pula banyak negara di Asia mulai penasaran dengan cara bermain timnas U-19, akhirnya tiap rekaman pertandingan yang telah dilalui mudah sekali diakses lewat Youtube. Lambat laun strategi timnas U-19 mulai dapat diimbangi. Hal ini sebenarnya pernah terjadi pada Barcelona era Pep Guardiola. Dimana di awal kepelatihan Pep, Barca tampil begitu mengerikan. Akan tetapi semusim setelahnya, strategi tiki-takanya dapat dijinakkan oleh strategi parkir bus yang diterapkan Jose Mourinho yang kala itu menangani Inter Milan. Dari kejadian ini, mau tidak mau Indra Sjafri harus meracik strategi yang baru dan skema alternatif. Namun biar bagaimana juga saya yakin Indra Sjafri pasti sudah menyiapkan strategi alternatif untuk persiapan piala Asia mendatang. Seperti apa itu? Kita tunggu saja.

Turnamen HBT sudah berlalu, kini saatnya berbenah. Dari PSSI dibantu tim HPU(High Performance Unit) sendiri sudah melakukan evaluasi terkait hasil buruk ini. Mari jadikan ini sebagai pelajaran bagi kita semua sebagai sebuah bangsa. Kemenangan memang tidak selamanya. Dari pembahasan diatas, mungkin tidak sepenuhnya benar. Saya hanya suporter timnas yang mencoba untuk berfikir positif dan masih percaya Indonesia akan kembali berjaya suatu saat nanti. Kekalahan di turnamen HBT 2014 yg lalu memang menyakitkan, namun selalu ada hikmah yang dapat kita ambil. Saya sendiri percaya kalau tim Garuda Jaya ini masih bisa memperoleh hasil yang maksimal di Piala Asia mendatang, karena saya yakin tim ini dibangun dari kejujuran, keikhlasan dan rasa nasionalisme. Mari kita satukan dukungan & berdoa untuk Timnas Indonesia, tidak hanya timnas U-19 namun juga timnas U-23 dan timnas senior yang juga akan menghadapi Asian Games dan AFF 2014.

Selamat berjuang para patriot sepakbola Indonesia
Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, kuyakin kita akan menang!!

“Jika ada hal lain yang sangat menakjubkan di dunia ini selain cinta, adalah sepakbola” oleh: Andrea Hirata(dikutip dari novel ‘Sebelas Patriot’)

Rabu, 16 Juli 2014

Bola Plastik & Garis Imajiner

Saat matahari condong ke barat. Maka permainan dimulai

Tak ada tiang2 canggih berteknologi garis gawang
Cukup 2 bongkah batu pembentuk garis imajiner yg menjadi gawang

Tak perlu bola mewah standar piala dunia
Cukuplah bola plastik yg jadi kawan kita

Tak perlu seorang pengadil bernama besar sekaliber collina
Cukup keikhlasan, keluguan & kejujuran kami yg menentukan hasil akhir laga

Dan saat senyuman2 manis itu mulai menghiasi laga
Seakan kami menjelma menjadi bintang dunia

Berlari, menendang bola, dan skor tercipta
Meninggalkan penjaga gawang yg hanya bisa terpana

Dan disaat surau kami mengumandangkan seruan untuk mengingat Tuhan Yang Maha Tinggi
Maka itulah peluit panjang tanda berakhirnya permainan kami

Dalam doa2 kami
Kami memohon suatu hari nanti
Salah satu dari kami
Akan membawa negeri tercinta ini
Mengangkat piala, di pentas tertinggi

#ForzaIndonesia #PrayForIndonesia #WeShallRaiseAgain #U19AsianCup2014 #AFF2014 #AsianGames2014

Selasa, 10 Juni 2014

Resensi film: Maleficent (2014)

film yang diangkat dari cerita dongeng sudah banyak menghiasi dunia perfilman dunia. biasanya film-film tersebut memvisualkannya berdasarkan cerita aslinya. namun sejak era sekitar 90-an para sineas film mulai berani untuk membuat film berdasarkan cerita dongeng yang sedikit dimodifikasi. tentu kita masih ingat tentang film Snow White and The Huntsman(2012) yang pada cerita aslinya sang putri salju merupakan sosok yang lemah lembut namun di film tersebut putri salju diubah menjadi sosok yang kuat dan tangguh. atau film Hansel & Gretel: Witch Hunter(2013) yang menceritakan kehidupan saudara kembar Hansel dan Gretel ketika dewasa setelah mereka diculik penyihir jahat, dimana setelah kejadian itu mereka menjadi pemburu monster yang garang. sama seperti 2 film yang disebutkan sebelumnya, Maleficent sendiri merupakan film yang dimodifikasi dari cerita aslinya.


Maleficent diangkat dari cerita dongeng yang berjudul The Sleeping Beauty yang dikarang oleh penulis prancis, Charles Perault. Sleeping Beauty sendiri bernah berkali-kali diangkat ke layar lebar salah satunya pada tahun 1959 dalam bentuk film animasi. jika kita melihat secara kasat mata, apalagi yang tahu alur dongeng Sleeping Beauty pasti kita akan menilai kalau film ini hanyalah sebuah adaptasi cerita dongeng dengan "dimeriahkan" bumbu visual efek dan animasi ala hollywood. pada awalnya, saya sebagai penonton mengira akan begitu & endingnya akan gampang sekali ditebak. namun ternyata, ada banyak kejutan di film ini, apalagi sang penyihir jahat, Maleficent(Angelina Jolie) yang menjadi tokoh sentral dalam film ini. 


film ini menceritakan sebuah "untold story" dari seorang penyihir jahat legendaris, Maleficent. dikisahkan bahwa sebelumnya Maleficent adalah seorang peri baik hati yang tinggal di Moors namun berubah menjadi jahat ketika seorang dari kerjaan manusia, Raja Stefan(Sharlto Copley) berkhianat kepadanya. akibatnya ketika putri dari Raja Stefan, Aurora lahir, Maleficent yang dibakar amarah dan dendam mengutuk puteri tersebut bahwa pada ulang tahunnya yang ke 16, dia akan tertidur selamanya akibat tertusuk jarum alat pemintal & hanya ciuman dari "cinta" sejatilah yang akan menyelamatkannya.

dari awal film diputar hingga adegan Maleficent mengutuk Aurora, semua penonton akan berpikir kalau film ini akan berakhir seperti cerita aslinya. dimana akan datang pangeran tampan yang akan menyelamatkan Aurora. akan tetapi dalam alur ceritanya nanti penonton akan dibuat sedikit
penasaran bagaimana film ini akan berakhir. apalagi dari judul film ini yang mem-plot sang penyihir jahat sebagai tokoh utama, tentu akan banyak sisi lain yang akan membuat para penonton akan sedikit terkejut. kira-kira apa saja sisi lain dari sang penyihir ini? tonton saja di bioskop terdekat di kota anda.