Selasa, 17 Maret 2015

Ilmu Forensik: Tak Hanya Sebatas Kasus Pembunuhan



www.una.edu

Pernah pada suatu hari, saya dan seorang teman melakukan suatu pembicaraan ringan:
“Mas Ari sekarang lagi lanjut kuliah S2, ambil jurusan apa mas?” Tanya Seorang teman
“Lanjut ambil akuntansi nih mas, cuman kalo S2 sekarang ada konsentrasinya.”
“Oooh, kalo Mas Ari ambil konsentrasi apa mas?”
“Kalo Saya Ambil konsentrasi forensik mas.”
“Hah? Orang Akuntansi ada yang mbedah mayat mas?”
Pertanyaan dari teman saya ini sebetulnya sudah sering saya dengar ketika ada beberapa teman, kerabat atau tetangga yang bertanya mengenai konsentrasi kuliah yang saya ambil. Saat ini saya memang sedang melanjutkan kuliah di Almamater S1 saya dulu, Universitas Islam Indonesia. Berbeda dengan masa kuliah S1, pada jenjang pasca sarjana ini kami para mahasiswa pada semester 3 diharuskan untuk mengambil 1 konsentrasi mata kuliah dari 4 konsentrasi yang tersedia. 4 konsentrasi tersebut antara lain adalah Perpajakan, Pemerintahan, Syariah dan yang saya pilih, Forensik.

cuplikan serial CSI
(softanonymous.files.wordpress.com)
Mendengar kata forensik, tentu kebanyakan dari kita akan berpikir tentang otopsi, pembedahan mayat dan proses penyelidikan tentang pembunuhan lainnya. Hal ini sebetulnya tidak salah, karena selama ini kita mendengar istilah forensik dari berita-berita kriminal yang tayang di televisi. Bahkan sebetulnya ketika saya mendengar istilah ini pertama kali, saya juga berpikir bahwa orang akuntansi juga terlibat dalam proses penyelidikan kasus pembunuhan. Akan tetapi istilah forensik ternyata tidak hanya dipakai dalam penyelidikan korban pembunuhan saja.

Istilah Forensik atau forensicberasal dari bahasa latin. Istilah ini dijelaskan dalam kamus Merriam Webster’s Collegiate Dictionary yang berarti “yang berkenaan dengan pengadilan” atau “berkenaan dengan penerapan ilmiah dalam pemasalahan hukum”. Sedangkan istilah forensik berkaitan dengan kasus pembunuhan yang  sering kita dengar adalah merupakan bagian dari ilmu patologi yang salah satu fungsinya adalah memeriksa jenazah untuk menentukan penyebab dan waktu kematian. Banyak orang juga mengenal dengan istilah laboratorium forensik(Labfor) atau istilah kerennya adalah Crime Scene Investigator(CSI).

Dalam sejarahnya ilmu forensik sebetulnya merupakan ilmu yang cukup tua. Salah satu kasus yang
Ilustrasi Pembunuhan Julius Caesar
 (http://www.history.com)
melibatkan ilmu forensik adalah pada peristiwa pembunuhan Julius Caesar pada tahun 44 sebelum masehi. Seorang ilmuwan Romawi yang bernama Antistius meneliti jenazah dari Caesar dan menemukan bahwa sang penguasa Romawi  tersebut tewas karena ditusuk sebanyak 23 kali. Temuan ini diyakini sebagai proses otopsi yang terjadi pertama kali dalam sejarah.
Kemudian pada abad ke 13, ilmu forensik berkembang di daratan China seiring dengan ditebitkannya buku yang berjudul “The Washing Away of Wrong” karangan Hsi Duan Yu. Buku ini diyakini merupakan catatan tertulis pertama mengenai Pathologi. Buku ini banyak membahas mengenai penyebab kematian seseorang baik itu karena tenggelam maupun karena ditusuk benda tajam. Dalam buku ini juga menjelaskan secara detail mengenai bagaimana penyelidik mengidentifikasi jenis senjata tajam yang dipakai oleh seorang pembunuh dengan meneliti jenazah korban dan bagaimana menentukan apakah suatu kematian akibat dari kecelakaan atau pembunuhan.

Seiring dengan berjalannya waktu, ilmu forensik juga semakin berkembang. Banyak cabang ilmu yang juga digunakan dalam pemsalahan hukum. Beberapa cabang ilmu yang juga mengadopsi ilmu forensik antara lain:
  • Psikolologi Forensik
  • Akuntansi Forensik
  • Digital/Komputer Forensik
  • Geologi Forensik
  • Linguistik Forensik
  • dll
http://image.shutterstock.com
Bagaimana dengan Akuntansi Forensik? Penerapan akuntansi dalam ilmu forensik sangat luas. Sebenarnya penerapan akuntansi forensik tidak sepenuhnya berkaitan dengan pengadilan saja. Istilah pengadilan memberikan kesan bahwa akuntansi forensik semata-mata berperkara di pengadilan , istilah lain untuk kegiatan ini adalah Litigasi atau proses penyelesaian perselisihan hukum di pengadilan di mana setiap pihak yang bersengketa mendapatkan kesempatan untuk mengajukan gugatan dan bantahan. Kasus-kasus yang berkaitan dengan penerapan akuntansi forensik biasanya disebut white collar crime. Selain itu, beberapa jenis kasus kriminal yang membutuhkan tenaga akuntan antara lain adalah kasus korupsi, pencucian uang,peredaran narkoba hingga terorisme. Dalam penerapannya akuntansi forensik sendiri juga menggunakan cabang-cabang ilmu lain seperti psikologi dan teknologi informasi untuk memperoleh data dan bukti-bukti dalam sebuah kasus. Ilmu psikologi digunakan untuk melakukan pendekatan dengan saksi, korban maupun tersangka untuk memperoleh keterangan yang mendukung. Sedangkan teknologi informasi digunakan untuk memperoleh dan mengolah bukti-bukti dalam bukti elektronik maupun digital.

Kenneth Lay & Jeffrey Skilling, 2 tokoh kunci dalam skandal Enron
 (www.economist.com)
Praktik akuntansi forensik mengalami perkembangan pesat setelah dikeluarkannya undang-undang Sarbanes-Oxley di Amerika Serikat pada tahun 2002. Undang-undang tersebut merupakan reaksi atas kegagalan perusahaan besar seperti Enron dalam menjual sahamnya kepada masyarakat umum. Kasus Enron tersebut melibatkan banyak pihak selain pihak internal Enron sendiri. Parahnya lagi, kasus tersebut ternyata juga melibatkan Arthur Andersen, Kantor Akuntan Publik yang seharusnya menjaga independensi dalam pemeriksaan keuangan Enron. Selain itu, kasus ini juga diduga melibatkan beberapa pihak dalam pemerintahan Ameriksa Serikat kala itu. Sehingga akibat dari kasus tersebut, praktik dan standar akuntansi di seluruh dunia mengalami perubahan.Saat ini profesi Akuntansi sudah tersertifikasi. Akuntan forensik sendiri memiliki suatu organisasi yang menaungi profesi akuntan forensik di seluruh dunia, yang disebut ACFE, Association of Certified Fraud Examiner. Organisasi ini memberikan serifikasi dan juga pelatihan bagi para akuntan yang ingin berkonsentrasi pada bidang forensik. Tiap akuntan yang tersertifikasi akan mendapatkan serifikat Certified Fraud Examiner.

Beberapa organisasi internationalpun banyak yang menggunakan tenaga dari akuntan forensik. Beberapa diantaranya adalah Interpol, Financial Action Task Force(FATF) dan juga beberapa badan milik PBB. Sebagai contoh FATF, menggunakan tenaga akuntan forensik untuk berperan dalam pemecahan kasus pencucian uang dan juga pendanaan teroris di berbagai negara di dunia. 

Komisi Pemberantasan Korupsi
(birokrasi.kompasiana.com)
Sedangkan di Indonesia, penggunaan akuntansi forensik sudah ada sejak tahun 1997 atau bahkan jauh  sebelum itu. Akuntansi forensik banyak digunakan pada sektor publik atau keuangan daerah. Hal ini dikarenakan sebagai upaya dalam pemberantasan korupsi. Beberapa lembaga juga menggunakan praktik akuntansi forensik antara lain Badan Pemeriksa Keuangan(BPK), Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan(PPATK), Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan(BPKP) dan juga beberapa Kantor Akuntan Publik. Akan tetapi, walaupun akuntansi forensik sudah banyak diterapkan dalam beberapa lembaga masih banyak akuntan yang tidak menyadari bahwa yang dilakukannya adalah merupakan praktik akuntansi forensik.

Akuntansi forensik saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan ini didasari dengan adanya kebutuhan akan praktik akuntansi itu sendiri. Di Indonesia kebutuhan akan akuntansi forensik dikarenakan banyaknya kasus korupsi yang telah merugikan negara. kasus korupsi di Indonesia bagaikan sebuah puncak gunung es dimana kasus korupsi yang sudah terlihat di permukaan tidak sebesar yang belum terlihat. Untuk itulah banyak dibutuhkan tenaga akuntan, terlebih lagi yang ahli dalam bidang akuntansi forensik.

Jadi kesimpulan dalam tulisan ini adalah, ilmu forensik tidak hanya sebatas kasus pembunuhan saja.

sumber:
Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Penulis: Theodorus Tuanakotta
Teknik Forensik: Penulis: Feri Sulianta
http://criminologycareers.about.com/od/Criminology_Basics/a/Early-History-of-Forensic-Science.htm  

Artikel ini dibuat dalam rangka tugas mata kuliah metode dan tekhnik investigasi
Nama: Ari Santoso
NIM: 13919023
Dosen: Yudi Prayudi S.Si.,M.Kom