www.una.edu |
Pernah
pada suatu hari, saya dan seorang teman melakukan suatu pembicaraan ringan:
“Mas
Ari sekarang lagi lanjut kuliah S2, ambil jurusan apa mas?” Tanya Seorang teman
“Lanjut
ambil akuntansi nih mas, cuman kalo S2 sekarang ada konsentrasinya.”
“Oooh,
kalo Mas Ari ambil konsentrasi apa mas?”
“Kalo
Saya Ambil konsentrasi forensik mas.”
“Hah?
Orang Akuntansi ada yang mbedah mayat mas?”
Pertanyaan
dari teman saya ini sebetulnya sudah sering saya dengar ketika ada beberapa
teman, kerabat atau tetangga yang bertanya mengenai konsentrasi kuliah yang
saya ambil. Saat ini saya memang sedang melanjutkan kuliah di Almamater S1 saya
dulu, Universitas Islam Indonesia. Berbeda dengan masa kuliah S1, pada jenjang
pasca sarjana ini kami para mahasiswa pada semester 3 diharuskan untuk
mengambil 1 konsentrasi mata kuliah dari 4 konsentrasi yang tersedia. 4
konsentrasi tersebut antara lain adalah Perpajakan, Pemerintahan, Syariah dan
yang saya pilih, Forensik.
cuplikan serial CSI (softanonymous.files.wordpress.com) |
Mendengar
kata forensik, tentu kebanyakan dari kita akan berpikir tentang otopsi,
pembedahan mayat dan proses penyelidikan tentang pembunuhan lainnya. Hal ini
sebetulnya tidak salah, karena selama ini kita mendengar istilah forensik dari
berita-berita kriminal yang tayang di televisi. Bahkan sebetulnya ketika saya
mendengar istilah ini pertama kali, saya juga berpikir bahwa orang akuntansi
juga terlibat dalam proses penyelidikan kasus pembunuhan. Akan tetapi istilah forensik
ternyata tidak hanya dipakai dalam penyelidikan korban pembunuhan saja.
Istilah
Forensik atau forensicberasal dari
bahasa latin. Istilah ini dijelaskan dalam kamus Merriam Webster’s Collegiate
Dictionary yang berarti “yang berkenaan dengan pengadilan” atau “berkenaan
dengan penerapan ilmiah dalam pemasalahan hukum”. Sedangkan istilah forensik
berkaitan dengan kasus pembunuhan yang
sering kita dengar adalah merupakan bagian dari ilmu patologi yang salah
satu fungsinya adalah memeriksa jenazah untuk menentukan penyebab dan waktu
kematian. Banyak orang juga mengenal dengan istilah laboratorium
forensik(Labfor) atau istilah kerennya adalah Crime Scene Investigator(CSI).
Dalam
sejarahnya ilmu forensik sebetulnya merupakan ilmu yang cukup tua. Salah satu
kasus yang
melibatkan ilmu forensik adalah pada peristiwa pembunuhan Julius
Caesar pada tahun 44 sebelum masehi. Seorang ilmuwan Romawi yang bernama
Antistius meneliti jenazah dari Caesar dan menemukan bahwa sang penguasa
Romawi tersebut tewas karena ditusuk
sebanyak 23 kali. Temuan ini diyakini sebagai proses otopsi yang terjadi
pertama kali dalam sejarah.Kemudian
pada abad ke 13, ilmu forensik berkembang di daratan China seiring dengan
ditebitkannya buku yang berjudul “The Washing Away of Wrong” karangan Hsi Duan
Yu. Buku ini diyakini merupakan catatan tertulis pertama mengenai Pathologi.
Buku ini banyak membahas mengenai penyebab kematian seseorang baik itu karena
tenggelam maupun karena ditusuk benda tajam. Dalam buku ini juga menjelaskan
secara detail mengenai bagaimana penyelidik mengidentifikasi jenis senjata
tajam yang dipakai oleh seorang pembunuh dengan meneliti jenazah korban dan
bagaimana menentukan apakah suatu kematian akibat dari kecelakaan atau
pembunuhan.
Ilustrasi Pembunuhan Julius Caesar (http://www.history.com) |
Seiring
dengan berjalannya waktu, ilmu forensik juga semakin berkembang. Banyak cabang
ilmu yang juga digunakan dalam pemsalahan hukum. Beberapa cabang ilmu yang juga
mengadopsi ilmu forensik antara lain:
- Psikolologi Forensik
- Akuntansi Forensik
- Digital/Komputer Forensik
- Geologi Forensik
- Linguistik Forensik
- dll
http://image.shutterstock.com |
Bagaimana
dengan Akuntansi Forensik? Penerapan akuntansi dalam ilmu forensik sangat luas.
Sebenarnya penerapan akuntansi forensik tidak sepenuhnya berkaitan dengan
pengadilan saja. Istilah pengadilan memberikan kesan bahwa akuntansi forensik
semata-mata berperkara di pengadilan , istilah lain untuk kegiatan ini adalah
Litigasi atau proses penyelesaian perselisihan hukum di pengadilan di mana
setiap pihak yang bersengketa mendapatkan kesempatan untuk mengajukan gugatan
dan bantahan. Kasus-kasus yang berkaitan dengan penerapan akuntansi forensik
biasanya disebut white collar crime.
Selain itu, beberapa jenis kasus kriminal yang membutuhkan tenaga akuntan
antara lain adalah kasus korupsi, pencucian uang,peredaran narkoba hingga
terorisme. Dalam penerapannya akuntansi forensik sendiri juga menggunakan
cabang-cabang ilmu lain seperti psikologi dan teknologi informasi untuk
memperoleh data dan bukti-bukti dalam sebuah kasus. Ilmu psikologi digunakan
untuk melakukan pendekatan dengan saksi, korban maupun tersangka untuk
memperoleh keterangan yang mendukung. Sedangkan teknologi informasi digunakan
untuk memperoleh dan mengolah bukti-bukti dalam bukti elektronik maupun
digital.
Kenneth Lay & Jeffrey Skilling, 2 tokoh kunci dalam skandal Enron (www.economist.com) |
Praktik
akuntansi forensik mengalami perkembangan pesat setelah dikeluarkannya
undang-undang Sarbanes-Oxley di Amerika Serikat pada tahun 2002. Undang-undang
tersebut merupakan reaksi atas kegagalan perusahaan besar seperti Enron dalam
menjual sahamnya kepada masyarakat umum. Kasus Enron tersebut melibatkan banyak
pihak selain pihak internal Enron sendiri. Parahnya lagi, kasus tersebut
ternyata juga melibatkan Arthur Andersen, Kantor Akuntan Publik yang seharusnya
menjaga independensi dalam pemeriksaan keuangan Enron. Selain itu, kasus ini
juga diduga melibatkan beberapa pihak dalam pemerintahan Ameriksa Serikat kala
itu. Sehingga akibat dari kasus tersebut, praktik dan standar akuntansi di
seluruh dunia mengalami perubahan.Saat
ini profesi Akuntansi sudah tersertifikasi. Akuntan forensik sendiri memiliki
suatu organisasi yang menaungi profesi akuntan forensik di seluruh dunia, yang
disebut ACFE, Association of Certified Fraud Examiner. Organisasi ini
memberikan serifikasi dan juga pelatihan bagi para akuntan yang ingin
berkonsentrasi pada bidang forensik. Tiap akuntan yang tersertifikasi akan
mendapatkan serifikat Certified Fraud
Examiner.
Beberapa
organisasi internationalpun banyak yang menggunakan tenaga dari akuntan
forensik. Beberapa diantaranya adalah Interpol, Financial Action Task
Force(FATF) dan juga beberapa badan milik PBB. Sebagai contoh FATF, menggunakan
tenaga akuntan forensik untuk berperan dalam pemecahan kasus pencucian uang dan
juga pendanaan teroris di berbagai negara di dunia.
Komisi Pemberantasan Korupsi (birokrasi.kompasiana.com) |
Sedangkan
di Indonesia, penggunaan akuntansi forensik sudah ada sejak tahun 1997 atau
bahkan jauh sebelum itu. Akuntansi
forensik banyak digunakan pada sektor publik atau keuangan daerah. Hal ini
dikarenakan sebagai upaya dalam pemberantasan korupsi. Beberapa lembaga juga
menggunakan praktik akuntansi forensik antara lain Badan Pemeriksa
Keuangan(BPK), Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK), Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan(PPATK), Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan(BPKP) dan
juga beberapa Kantor Akuntan Publik. Akan tetapi, walaupun akuntansi forensik
sudah banyak diterapkan dalam beberapa lembaga masih banyak akuntan yang tidak
menyadari bahwa yang dilakukannya adalah merupakan praktik akuntansi forensik.
Akuntansi
forensik saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan
ini didasari dengan adanya kebutuhan akan praktik akuntansi itu sendiri. Di
Indonesia kebutuhan akan akuntansi forensik dikarenakan banyaknya kasus korupsi
yang telah merugikan negara. kasus korupsi di Indonesia bagaikan sebuah puncak gunung es dimana kasus korupsi yang sudah terlihat di permukaan tidak sebesar yang belum terlihat. Untuk itulah banyak dibutuhkan tenaga akuntan,
terlebih lagi yang ahli dalam bidang akuntansi forensik.
Jadi
kesimpulan dalam tulisan ini adalah, ilmu forensik tidak hanya sebatas kasus
pembunuhan saja.
sumber:
Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Penulis: Theodorus Tuanakotta
Teknik Forensik: Penulis: Feri Sulianta
http://criminologycareers.about.com/od/Criminology_Basics/a/Early-History-of-Forensic-Science.htm
Artikel ini dibuat dalam rangka tugas mata kuliah metode dan tekhnik investigasi
Nama: Ari Santoso
NIM: 13919023
Dosen: Yudi Prayudi S.Si.,M.Kom
sumber:
Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Penulis: Theodorus Tuanakotta
Teknik Forensik: Penulis: Feri Sulianta
http://criminologycareers.about.com/od/Criminology_Basics/a/Early-History-of-Forensic-Science.htm
Artikel ini dibuat dalam rangka tugas mata kuliah metode dan tekhnik investigasi
Nama: Ari Santoso
NIM: 13919023
Dosen: Yudi Prayudi S.Si.,M.Kom