Senin, 25 Agustus 2014

Dibalik Hasanah Bolkiah Trophy 2014: Sebuah Opini Ngawur


Hasanah Bolkiah Trophy 2014 merupakan satu pukulan berat untuk Timnas Indoneisa U-19. Dari 5 kali bertanding, skuad Garuda Muda hanya mampu mengumpulkan 4 poin dengan rincian 1 kali menang, 1 kali seri dan 3 kali kalah. Ironisnya lagi, Timnas U-19 dikalahkan oleh tim-tim yang boleh dikatakan levelnya dibawah(Vietnam, Brunei & Kamboja). Dengan tingginya ekspektasi dari suporter Indonesia, kegagalan ini tentu mengundang banyak kritik dan juga kecaman dari banyak kalangan. Bagainama tidak? Anak-anak asuhan Indra Sjafri ini tampil begitu baik di piala AFF 2013 dan sangat heroik di kualifikasi piala Asia 2014. Belum lagi hasil yang didapat di sejumlah uji coba dimana sebagian besar berujung dengan kemenangan. Tetapi serangkaian hasil bagus tersebut seakan-akan tak berarti di HBT 2014, Garuda Muda menggelepar.

Banyak kecaman dan kritikan datang. Beberapa opini muncul bahwa timnas U-19 kelelahan atau strategi yang diterapkan oleh Indra Sjafri jadi mudah ditebak. Beberapa opini tersebut memang ada benarnya. Biar bagaimanapun, tim ini memang harus berbenah. Kekurangan masih ada di berbagai hal dan Piala Asia sudah menunggu di depan mata. Tapi dibalik semua kritikan yang ada, saya pribadi melihat adanya sebuah keanehan dalam timnas U-19. Dari hasil yang sudah terjadi: main imbang dengan Malaysia, kalah 3-1 dari Brunei dan Vietnam dan juga kalah 2-1 dari Kamboja(yang biasanya jadi bulan-bulanan timnas), saya jadi berpikir apa jangan-jangan ada unsur kesengajaan tim Garuda Jaya MENGALAH? Kok bisa? Mari kita bahas.

Sejak munculnya tim ini(yang sebelumnya adalah timnas U-17) para penggemar sepakbola Indonesia tidak terlalu tertarik. Namun setelah penampilan apiknya pada gelaran AFF 2013 lalu, hingga berhasil merengkuh gelar juara, timnas U-19 mulai mengambil hati para penggemarnya. Terlebih lagi saat kualifikasi piala Asia 2014 dimana Evan Dimas cs tambil sangat heroik, bahkan tim langganan juara Asia sekelas Korea Selatan berhasil ditaklukan. Bukan hanya itu saja, permainan anak-anak asuh Indra Sjafri bahkan dinilai memiliki kesamaan dengan permainan tiki-taka a la Spanyol maupun total football ciri khas timnas belanda. Belum lagi serangkaian uji coba setelahnya, yang secara keseluruhan berakhir memuaskan. Bahkan ketika beruji coba dengan tim-tim dari timur tengah-pun, tim garuda jaya terlihat begitu perkasa. Saya sendiri takjub melihat timnas Indonesia kali ini mampu mengalahkan tim dari timur tengah.

Ok jika kita lihat dari kilas balik diatas, tim-tim yang pernah dihadapi oleh timnas U-19 bisa dibilang kualitasnya berbeda dengan tim-tim yang dihadapi di HBT. Tim yang dihadapi sebelumnya menurut saya kebanyakan memiliki kualitas yang jauh lebih baik seperti Korea Selatan dan tim-tim timur tengah seperti Uni Emirat Arab jika dibandingkan dengan tim asia tenggara yang dihadapi di HBT dan selebihnya memiliki kualitas yang hampir sama. Faktor kelelahan mungkin bisa menjadi faktor penyebab kekalahan yang paling logis, namun dalam tubuh timnas sendiri pasti sudah ada metode dari tim medis untuk meminimalisir hal tersebut, terlebih lagi turnamen diadakan setelah Idhul Fitri dimana pemain sebelumnya pasti sudah diberi libur. Kemudian jika kita lihat tim-tim yang dihadapi. Sungguh saat ironis sekali kita kalah dari negara yang selama ini sering jadi bulan-bulanan kita kalau bertemu, Kamboja. Tapi sungguh aneh ketika kita kalah dari Kamboja & Brunei namun kita mampu menang besar melawan Singapura(kayanya juga ikut ngalah juga) dan hampir menang melawan Malaysia.

Dalam hemat saya yang paling konyol, mungkin saja para tim pelatih dan pemain sudah sepakat untuk mengalah di beberapa pertandingan(vs Brunei, Vietnam dan Kamboja) tapi TIDAK dengan Malaysia, kenapa? Ingat kutipan pidato bung Karno:

Kalau kita lapar itu biasa
 Kalau kita malu itu juga biasa
 Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!

Nah, mungkin dari kata-kata inilah timnas U-19 tidak mengalah dari Malaysia. Sedangkan ketika melawan Singapura, karena barangkali sudah tidak menentukan, tim pelatih menginstruksikan “main seperti biasa, BANTAI!” dan hasilnya timnas U-19 menang besar.
Setelah membahas kemungkinan timnas mengalah di HBT, tentu jika kemungkinan tersebut benar adanya(iyeee kalo bener) maka kita tentu juga ingin mengetahui latar belakang dilakukannya skenario ‘mengalah’ tersebut.
·         Melatih mental pemain
Selama ini pertandingan yang dilalui Garuda Jaya kebanyakan selalu berakhir memuaskan. Maka tim mengambil inisiatif untuk sengaja mengalah untuk melatih mental. Dengan kekalahan, pemain dilatih untuk belajar bagaimana untuk bangkit lagi. Selain itu, tim ini telah menjadi primadona dan menjadi harapan baru bagi Indonesia, otomatis ketika tim ini menderita kekalahan(dan sayangnya cukup mencolok) maka akan menjadi sorotan dari seluruh lapisan masyarakat. Orang-orang akan berkomentar, memberi kritikan bahkan mengecam. Maka inilah saatnya para pemain berlatih mental untuk menghadapi tekanan dari luar lapangan. Cara ini mungkin cukup sadis memang.
·         Meracik strategi baru
Sejak sukses meraih titel AFF 2013 dan mengalahkan Korea Selatan di kualifikasi Piala Asia 2014, timnas U-19 menjadi sebuah kekuatan baru yang mulai diperhitungkan oleh tim lawan. Bahkan saya pernah membaca artikel, timnas Jepang bahkan sampai khawatir dengan munculnya kekuatan baru dari Asia Tenggara ini. Tidak heran pula banyak negara di Asia mulai penasaran dengan cara bermain timnas U-19, akhirnya tiap rekaman pertandingan yang telah dilalui mudah sekali diakses lewat Youtube. Lambat laun strategi timnas U-19 mulai dapat diimbangi. Hal ini sebenarnya pernah terjadi pada Barcelona era Pep Guardiola. Dimana di awal kepelatihan Pep, Barca tampil begitu mengerikan. Akan tetapi semusim setelahnya, strategi tiki-takanya dapat dijinakkan oleh strategi parkir bus yang diterapkan Jose Mourinho yang kala itu menangani Inter Milan. Dari kejadian ini, mau tidak mau Indra Sjafri harus meracik strategi yang baru dan skema alternatif. Namun biar bagaimana juga saya yakin Indra Sjafri pasti sudah menyiapkan strategi alternatif untuk persiapan piala Asia mendatang. Seperti apa itu? Kita tunggu saja.

Turnamen HBT sudah berlalu, kini saatnya berbenah. Dari PSSI dibantu tim HPU(High Performance Unit) sendiri sudah melakukan evaluasi terkait hasil buruk ini. Mari jadikan ini sebagai pelajaran bagi kita semua sebagai sebuah bangsa. Kemenangan memang tidak selamanya. Dari pembahasan diatas, mungkin tidak sepenuhnya benar. Saya hanya suporter timnas yang mencoba untuk berfikir positif dan masih percaya Indonesia akan kembali berjaya suatu saat nanti. Kekalahan di turnamen HBT 2014 yg lalu memang menyakitkan, namun selalu ada hikmah yang dapat kita ambil. Saya sendiri percaya kalau tim Garuda Jaya ini masih bisa memperoleh hasil yang maksimal di Piala Asia mendatang, karena saya yakin tim ini dibangun dari kejujuran, keikhlasan dan rasa nasionalisme. Mari kita satukan dukungan & berdoa untuk Timnas Indonesia, tidak hanya timnas U-19 namun juga timnas U-23 dan timnas senior yang juga akan menghadapi Asian Games dan AFF 2014.

Selamat berjuang para patriot sepakbola Indonesia
Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, kuyakin kita akan menang!!

“Jika ada hal lain yang sangat menakjubkan di dunia ini selain cinta, adalah sepakbola” oleh: Andrea Hirata(dikutip dari novel ‘Sebelas Patriot’)